Monday 14 September 2009

Mulai Tidur Sendiri

Juli lalu, usiaku genap dua tahun. Sehari setelah ulang tahun, tepatnya tanggal 18, bunda menyapihku (hiks, inilah kado ‘terpahit’ sepanjang hidup yang pernah kuterima dari bundaku tercinta).
Sebenarnya bunda nggak tega. Tapi mau gimana lagi? Aku kan sudah gede. Masak mau ngempeng terus? Kan malu….hehe.
Bunda menyapihku dengan cara yang unik. Dan mungkin di dunia ini belum ada yang mencobanya ;). Kalau para Ibu biasanya menyapih batitanya dengan jamu-jamuan, balsam (wow), obat merah, atau putingnya diplester, bundaku pakai air kapur sirih. Lho? Iya, bunda mengolesi kedua puting susunya dengan air kapur sirih. Begitu mengering, warna puting bunda jadi putih. Kalau Raya minta nenen, bunda beraksi.
“Dek, lihat nih, nggak usah nenen ya, jijik, hiiiiiiy….jijik kan?” kata bunda.
Melihat ekspresi bunda yang super duper meyakinkan itu, aku jadi urung nenen deh…ikut ngerasa jijik beneran, hehe…
Sebagai gantinya, Raya mulai diperkenalkan susu formula merk A. Minumnya nggak pakai dot, tapi sendok. Diajari pakai dot, Raya tetap nggak mau.
Bulan berikutnya, bunda mengganti susu formulaku dengan merk B yang rasanya lebih enak (dan tentu saja harganya lebih mahal!). Bulan berikutnya lagi, bunda mengganti susu formulaku lagi! Kali ini ‘turun derajat’, bunda beli merk C yang harganya jauh dibawah merk A dan B. Alasannya klise, nggak kuat beli susu yang merk B. Haha, cape deeeee…
Belum habis susu merk C, aku sudah nggak mau. So, sekarang bunda balik lagi beliin yang merk B, tapi yang coklat. Jangan diganti lagi ya bund…. ;)
Masalah bagaimana menidurkanku selepas masa menyusui, bunda punya trik jitu.
Waktu Raya masih nenen, biasanya kalau sudah ngantuk dan pengen bobok, Raya tinggal minta nenen sama bunda sampai merem. Beres. Begitu hendak menyapihku, bunda puter otak mikirin cara yang efektif dan efisien untuk menidurkanku dengan segera alias nggak pakai rewel dulu.
Cara pertama di minggu awal masa penyapihan: begitu aku kelihatan capek plus ngantuk banget, ayah bunda kompak mengajakku jalan-jalan pakai motor, muterin komplek sekitar rumah. Dapat 2—3 putaran, Raya merem sendiri.
Takut ketagihan, pada minggu kedua frekuensinya mulai dikurangi, selang-seling dengan cara kedua: pakai selendang diiringi dendang lagu pengantar tidur atau surat-surat pendek dari Alquran.
Cara ketiga: langsung dikelonin di kasur dengan cerita pengantar tidur. Sambil mendongeng, ayah/bunda juga nepuk-nepuk pantat Raya, kadang ngelus-ngelus punggung.
Sukses memecahkan masalah bagaimana menidurkan Raya di bulan pertama pasca penyapihan, bunda mulai mngajarkanku untuk berani tidur terpisah dari ayah bunda (hehe, biasanya kita tidur bertiga, Raya nggak punya kamar sendiri. Maklum, kontraktor…). Kata bunda, ini melatihku supaya mandiri.
Kebetulan ayah beli kasur lagi, ukurannya kecil, muat untuk satu orang saja. Kasur itu ditaruh di depan TV di ruang tengah. Awalnya, kalau kelihatan ngantuk, ayah atau bunda menyuruh Raya tiduran. Mereka menemaniku sampai aku benar-benar lelap. Setelah itu, baru deh, ditinggal. Nah, sekarang nggak pakai ditemani lagi. Begitu waktu tidur siang atau malam tiba, tanpa disuruh, Raya langsung ‘berangkat’ sendiri…hehe...