Thursday 6 November 2008

belajar dengan beragam media







poster ini sekarang dipajang di kamar mandi sama bunda. jadi sambil mandi, raya belajar nama-nama angkutan

Belajar itu bisa dimana saja, kapan saja, dan dengan media apapun. kata bunda, untuk anak-anak seusiaku, sebaiknya proses pembelajarn dikemas dengan cara yang fun (yang menarik, menghibur, dan menyenangkan). Misalnya, belajar sambil bermain atau bernyanyi. Jenis mainan yang sekaligus bisa digunakan untuk belajar disebut mainan edukatif.
belajar membaca nggak melulu harus bersumber pada buku. Kalau aku, selain belajar membacanya pakai buku dan mainan, juga pakai vcd, poster, karpet, dan kulkas. Lo, kok kulkas? Hehe.. maksudnya pakai huruf, angka, dan gambar magnetik yang bisa ditempel di kulkas. Seperti ini nih…

Tuesday 4 November 2008

buku pertamaku

Waktu aku masih dalam kandungan, bunda sudah mengajariku membaca, agar kelak aku juga mencintai buku, seperti ayah bunda. Bunda mengajariku membaca banyak hal. Setiap hari, ayah bunda bergantian menemaniku belajar dan bermain. kalau ayah bundaku membaca buku atau koran, aku selalu ingin ikut-ikutan. Sampai-sampai mereka merasa terganggu oleh ulahku yang suka seenaknya merebut bacaan mereka. bunda suka gemas melihatku tak hati-hati membuka halaman demi halaman bacaannya. Tak jarang aku membuat halaman-halaman itu menjadi kusut bin lecek setelah dengan beringas kuremas-remas. Kalau sudah seperti itu, biasanya bunda akan segera merebut bacaan itu dengan paksa dari tanganku. Dan bisa ditebak, setelah itu aku pasti langsung nangis (hehe…maaf ya bunda, kalau raya selalu membuat bacaan bunda yang baru dibeli jadi kucel seketika, hehe..).

Mungkin karena pertimbangan itu, sebulan lalu bunda berinisiatif hunting buku-buku khusus untuk anak seusiaku, yang kertasnya tebal dan nggak mudah sobek. Sebelum niat bunda terlaksana, ternyata ayah sudah membelikan raya buku. Ukurannya gedeee.. banget, ukurannya kira-kira 50x40 cm. wah, buku pertamaku unik banget… . isinya tentang huruf alphabet, gambarnya menarik plus warna-warni, menggunakan dwi bahasa (Indonesia-inggris), dilengkapi flash card plus cd. Komplit kan? Aku seneeeng banget. Makasih ya ayah…

Setelah buku raksasa itu, bunda membelikanku beberapa buku imut khusus balita. Isinya macam-macam. Ada seri mengenal huruf, angka, anggota tubuh, binatang, huruf hijaiyah, dll. Aku masih punya beberapa saja. Setiap saat aku bebas membuka buku-buku itu, membaca, memainkannya, diapain aja terserah, bunda nggak akan merebutnya, karena itu kan bukuku… hehe. Biasanya menjelang tidur atau di sela waktu bermain, ayah bunda sering mengajariku membaca buku-buku itu. Nanti kalau sudah pinter, ayah bunda akan membelikanku lagi banyak buku. Daripada banyakin beli mainan, mending banyakin beli buku aja…tul nggak?

 

inilah koleksi mainanku..








kata bunda, mainan ini membantuku mengenal warna, bentuk, dan tekstur benda. melatih pendengaran (karena kalau dipencet bisa bunyi), dan buat belajar menggenggam

bunda jarang beliin aku mainan. kalaupun beli, pasti yang bermanfaat banget buat aku. kata bunda, yang bisa memaksimalkan potensi kecerdasanku ;). nggak heran kalau mainanku bisa dihitung pake jari. sekarang kondisinya masih tetep bagus, meski ada yang hilang atau agak rusak beberapa.

metamorfosis raya 0-12 bulan


ni baru lahir. hobinya masih tidur. kalo tidur sambil dengerin murotal dari mp3 player (hehe, gaya dikit boleh dong..)

ni adalah fotoku dari 0 sampai 12 bulan, dari gundul plontos sampai punya rambut lagi, hehe...

















bonekaku cuma empat

Sampai hari ini, aku Cuma punya empat boneka aja. Bunda nggak ngijinin aku punya banyak, biar ntar nggak jadi konsumtif (nggak demen belanja kata bunda). Dari keempat boneka itu, Cuma dua yang beli sendiri. Dua lagi dikasih temannya bunda. Boneka pertamaku adalah boneka kelinci, warnanya pink. Karena itu bunda menamainya ‘pinky’. Pinky dibeli bunda di sebuah pusat perbelanjaan waktu aku berumur sembilan bulan. Boneka kedua adalah boneka puppie, warnanya pink kemerahan, karena itu bunda menamainya ‘bella’. Boneka ini adalah hadiah dari Tante Reni, waktu njenguk aku di rumah sakit (pas kena DB dulu itu lo). Boneka ketigaku adalah si kaki seribu. Bunda memanggilnya ‘bubu’. Boneka ini adalah hadiah ulang tahun dari Tante Heni. Di punggung bubu ada huruf alfabetnya. Jadi kalau main sama bubu bisa sambil belajar mengenal huruf juga. Asyik kan? Nah, yang paling bontot adalah boneka lumba-lumba kecil, yang dibeli bunda waktu mudik ke lumajang kemarin. Karena bingung mau ngasih nama apa, sampai hari ini bunda tetap memanggilnya lumba-lumba. Ada usul nggak, enaknya lumba-lumbaku dikasih nama apa?hehehe…

Waktu usiaku di perut bunda tujuh bulan ….

Kalau ada yang tanya, pengalaman apa yang paling menarik, mengesankan, dan nggak bisa dilupain sama bundaku selama menetap di Flores? Jawabannya ada dua, pertama peristiwa kelahiranku, kedua, waktu manjat ke gunung Kelimutu untuk melihat indahnya danau tiga warna di puncaknya. Bayangin aja, bunda mengunjungi danau yang tersohor sebagai salah satu keajaiban dunia itu waktu hamil tua, waktu hamil aku tujuh bulan! Sebuah pengalaman yang penuh resiko, penuh bahaya. Disaat orang lain melarang keras bunda untuk pergi kesana karena takut terjadi apa-apa (misalnya tiba-tiba aku pengen keluar, gimana hayo?), bunda tetap keukeuh ikut. Entah kenapa, bunda merasa itulah kesempatan emas yang gak boleh disia-siakan. Mumpung  ada yang ngajak pergi rame-rame.

 

 

Karena kalo sendiri aja, maksudnya berdua aja sama ayah, nggak mungkin. Selain gak tau jalan, juga gak seru. Jalan menuju danau itu kan berliku-liku, kanan kiri jurang, jadi kalo mual muntah banyak temannya, beban penderitaan terasa gak berat-berat amat.

Singkat cerita, bunda nekat ke kelimutu. Bekalnya yakin 100% insyaAllah gak akan terjadi apa-apa. anjing menggonggong, bunda tetap berlalu.hehe. bunda benar-benar tutup telinga atas nada-nada khawatir yang tertangkap oleh indera pendengarannya. Nurutin kata takut, gak bakal sampai ke kelimutu, begitu prinsip bunda.

Sepanjang perjalanan, bunda tampak semangat 45. meski sempat pusing sebentar, bunda gak nyerah. Dasarnya bunda memang suka traveling ke tempat-tempat baru, jadi pantang mundur meski ayah merayu-rayu biar bunda ngebatalin niatnya. Tanjakan demi tanjakaan, tangga demi tangga, terasa seperti jalan lurus bagi bunda. Hingga nggak terasa bunda berhasil sampai puncak! Melihat langsung keindahan danau yang dianggap keramat oleh masyarakat setempat itu, membuat bunda lupa kalau sedang hamil. Hehe.

Alhamdulillah sampai rumah nggak terjadi apapun yang ditakutkan. Besoknya, ketika yang lain kecapekan, kaki kram, pegel-pegel dan sebangsanya, bunda malah fine-fine aja. Sampai-sampai, orang lain yang lihat kondisi bunda pada heran plus nggak percaya. Yah, mungkin efek sugesti juga ya. Karena bunda selalu bilang padaku, aku harus kuat, gak boleh lemah, makanya selama dalam kandungan aku berusaha gak nyusahin bunda.

Kenyataannya, memang itulah kesempatan emas yang menghampiri bunda dan ayah. Karena waktu usiaku tiga bulan, ayah pindah kerja ke Samarinda. Untung waktu itu ayah bunda ikut ke kelimutu..   kalau gak, cerita ketika menetap di Ende kurang lengkap dong. Orang bilang, belum dikatakan pernah ke Flores kalau belum menginjakkan kaki di danau kelimutu…

 

ket foto:

             1. kelimutu yang eksotik...

             2. ibu hamil menapak tangga menuju puncak gunung, hehe

Monday 3 November 2008

Insiden Akikah-an

Tujuh hari setelah aku lahir, ayah bunda segera mengakikahkan aku, karena pelaksanaan akikah sangat dianjurkan dan lebih baik dilakukan di hari ketujuh setelah kelahiran. Pada hari itu, ayah bunda juga mencukur habis rambut tebal indahku (hiks!), dan mengumumkan nama resmiku (plus mendaftarkan nama itu untuk akte kelahiran). Selain di-akikah, dicukur, dan pengumuman nama, hari itu telingaku juga ditindik trus dikasih sepasang anting imut sebagai tanda kalau aku cewek. Jangan bayangin gimana sakitnya waktu jarum panas melubangi kedua telingaku, sakiiit luar biasa. Ayah bunda aja sampai gak tega melihatku menangis kencang sambil berdarah-darah ketika ditindik oleh bude Tri, bidan yang membantu proses kelahiranku. Begitu proses ‘penganiayaan’ itu selesai, kata ayah bunda, aku kelihatan tambah cantik deh.. hehe ya iyalah, cewek..

Acara akikahanku berjalan cukup lancar. Semua tetek bengek yang berhubungan dengan kambing (mulai dari sembelih, pengolahannya hingga jadi santapan lezat, dan pengemasan) diserahkan ke seorang pemilik warung sate tersohor di Ende, yaitu Wak Kohar. Jasa beliau cukup membantu, mengingat bunda waktu itu kondisinya masih lemah, gak ada saudara dan handai taulan, bahkan kedua nenek kakekku juga gak bisa datang ke Flores (hiks! Katanya karena jauh banget n gak punya ongkos..). begitu beres, tugas ayah bagi-bagiin ke tetangga, teman-teman kantor ayah, dan para kenalan sesama wong jowo yang merantau di Ende. Sebelum dibagiin, tak lupa ayah menempelkan secarik kertas yang bertuliskan ucapan syukur dan nama resmiku. begitu mau dibagi rata, ada seorang teman yang ngasih penjelasan tentang nama terakhirku (arrahim), yang sebenarnya tidak boleh dipakai.

Sebetulnya ayah bunda jauh-jauh hari sudah tahu tentang hal itu, tapi gak yakin, karena begitu banyak orang ‘ngerti’ yang pakai nama sejenis. Misalnya Al Amin Nasution (nyomot nama selebritis DPR nih..). Al Amin kan nama julukan Rasulullah SAW, dan itu hanya boleh dipakai beliau. Tapi kenapa dipakai sama orangtuanya pak Amin ya? Dll masih banyak contohnya. Begitu pemikiran ayah bunda dulu. Tapi akhirnya ayah bunda yakin (setelah menelaah buku fikih bayi yang dibeli bunda sebelum aku lahir berulang kali), bahwa menggunakan nama-nama suci seperti asmaul husna dan panggilan Rasulullah itu nggak boleh.

Kalau lembaran kertas yang sudah ditempel rapi itu disobek satu-satu sudah nggak mungkin. Maka dengan segala kerelaan hati, ayah bunda pun bersusah payah mencoret kata ‘Arrahim’ di tiap-tiap kotak, satu persatu, lalu menggantinya dengan kata ‘Yasmin’ yang dicomot dengan spontan. Kalau nggak salah waktu itu jumlahnya 60-an kotak. Insiden yang mengharukan…

 

Kambing inilah yang rela mengorbankan hidupnya untuk membebaskan ketergadaianku.. (hiks, tengs mbek.. mungkin sudah nasibmu harus berakhir seperti ini. Maaf ya..)

 

 

Sunday 2 November 2008

Cerita di Balik Nama

Asmaraya Naura Yasmin. Inilah nama pemberian kedua orangtuaku. Nama yang cantik bukan? Kata Bunda, ada cerita unik di balik pemberian namaku. Konon, dulu nama terakhirku bukan Yasmin, tapi Arrahim. Niatnya sih, mengabadikan nama belakang kedua kakekku yang sama-sama bernama Abdul Rochim. Eh, setelah baca buku fikih bayi, ternyata adab pemberian nama gak ngebolehin (haram) memakai asmaul husna. Karena arti Arrahim kan, maha pengasih. Sebutan itu hanya milik Allah, manusia nggak boleh memakainya. Celakanya, ayah-bunda baru tahu hal itu ketika sudah mendaftarkan namaku untuk akte kelahiran. Bingung deh jadinya. Secepat kilat bunda asal nyomot kata Yasmin setelah baca daftar nama bayi. Eh, cocok juga.

 

Konon lagi, bunda sudah mempersiapkan nama panggilanku jauh sebelum bunda hamil aku loh. Bunda pengeeen banget ngasih aku nama Raya setelah lihat akting Dian Sastro yang te-o-pe be-ge-te di serial Dunia Tanpa Koma yang tayang di RCTI sekitar tahun 2006. di serial itu, Dian Sastro berperan sebagai Raya, seorang wartawan media terkemuka yang professional menjalankan pekerjaannya. Kebetulan, itulah satu-satunya serial tv yang diikuti bunda dari awal sampai akhir (karena sebenarnya bunda gak suka nonton sinetron Indonesia yang rata-rata jiplakan film luar negeri, udah gitu ceritanya suka mengada-ngada alias gak kreatif, hehe). Nah, kebetulan aku terlahir sebagai anak perempuan. Jadilah cita-cita bunda menamaiku Raya kesampaian.

 

Tentang kata Naura, lain lagi ceritanya. Pas nunggu detik-detik kelahiranku, bunda sedang baca novel Ayat-ayat Cinta-nya Habiburrahman El-Shirazy. Tanpa sengaja bunda nemu nama salah satu tokohnya yang menurut bunda cantik banget, yaitu Noura (yang kelak di layar lebarnya diperankan Zaskia Adya Mecca). Setelah timbang sana sini, bunda sama ayah memutuskan memakai nama itu, tapi huruf O-nya diganti A, jadinya Naura. Biar pengucapannya enak didengar (kata orang, biar harmonisasi irama pengucapannya pas, hehe).

 

Sekarang tinggal menggabungkan jadi nama panjang deh. Karena gak boleh pake asmaul husna, biar gak terlalu kecewa banget, ayah-bunda pasang kata Asma (dari kata Asmaul) di depan kata Raya. Kalo digabung jadi Asmaraya. Match kan? Bunda sama Ayah pengen nama anaknya kelak adalah nama yang unik, artinya bagus, dan belum pernah dipakai untuk nama orang lain. Nama Asmaraya adalah nama yang memenuhi kriteria itu. Coba deh, diteliti. Belum pernah ada kan yang pakai nama itu sebelum Raya? (hehe.. maksa dikit gak papa dong..). yang ada Asmirandah (nama artis) sama Asmarani (nama penulis buku favorit bundaJ). Kata Naura diletakkan setelah Asmaraya, setelah itu ditutup dengan kata Yasmin. Akhirnya, terciptalah nama Asmaraya Naura Yasmin, gitu ceritanya…