Monday 3 November 2008

Insiden Akikah-an

Tujuh hari setelah aku lahir, ayah bunda segera mengakikahkan aku, karena pelaksanaan akikah sangat dianjurkan dan lebih baik dilakukan di hari ketujuh setelah kelahiran. Pada hari itu, ayah bunda juga mencukur habis rambut tebal indahku (hiks!), dan mengumumkan nama resmiku (plus mendaftarkan nama itu untuk akte kelahiran). Selain di-akikah, dicukur, dan pengumuman nama, hari itu telingaku juga ditindik trus dikasih sepasang anting imut sebagai tanda kalau aku cewek. Jangan bayangin gimana sakitnya waktu jarum panas melubangi kedua telingaku, sakiiit luar biasa. Ayah bunda aja sampai gak tega melihatku menangis kencang sambil berdarah-darah ketika ditindik oleh bude Tri, bidan yang membantu proses kelahiranku. Begitu proses ‘penganiayaan’ itu selesai, kata ayah bunda, aku kelihatan tambah cantik deh.. hehe ya iyalah, cewek..

Acara akikahanku berjalan cukup lancar. Semua tetek bengek yang berhubungan dengan kambing (mulai dari sembelih, pengolahannya hingga jadi santapan lezat, dan pengemasan) diserahkan ke seorang pemilik warung sate tersohor di Ende, yaitu Wak Kohar. Jasa beliau cukup membantu, mengingat bunda waktu itu kondisinya masih lemah, gak ada saudara dan handai taulan, bahkan kedua nenek kakekku juga gak bisa datang ke Flores (hiks! Katanya karena jauh banget n gak punya ongkos..). begitu beres, tugas ayah bagi-bagiin ke tetangga, teman-teman kantor ayah, dan para kenalan sesama wong jowo yang merantau di Ende. Sebelum dibagiin, tak lupa ayah menempelkan secarik kertas yang bertuliskan ucapan syukur dan nama resmiku. begitu mau dibagi rata, ada seorang teman yang ngasih penjelasan tentang nama terakhirku (arrahim), yang sebenarnya tidak boleh dipakai.

Sebetulnya ayah bunda jauh-jauh hari sudah tahu tentang hal itu, tapi gak yakin, karena begitu banyak orang ‘ngerti’ yang pakai nama sejenis. Misalnya Al Amin Nasution (nyomot nama selebritis DPR nih..). Al Amin kan nama julukan Rasulullah SAW, dan itu hanya boleh dipakai beliau. Tapi kenapa dipakai sama orangtuanya pak Amin ya? Dll masih banyak contohnya. Begitu pemikiran ayah bunda dulu. Tapi akhirnya ayah bunda yakin (setelah menelaah buku fikih bayi yang dibeli bunda sebelum aku lahir berulang kali), bahwa menggunakan nama-nama suci seperti asmaul husna dan panggilan Rasulullah itu nggak boleh.

Kalau lembaran kertas yang sudah ditempel rapi itu disobek satu-satu sudah nggak mungkin. Maka dengan segala kerelaan hati, ayah bunda pun bersusah payah mencoret kata ‘Arrahim’ di tiap-tiap kotak, satu persatu, lalu menggantinya dengan kata ‘Yasmin’ yang dicomot dengan spontan. Kalau nggak salah waktu itu jumlahnya 60-an kotak. Insiden yang mengharukan…

 

Kambing inilah yang rela mengorbankan hidupnya untuk membebaskan ketergadaianku.. (hiks, tengs mbek.. mungkin sudah nasibmu harus berakhir seperti ini. Maaf ya..)

 

 

No comments:

Post a Comment