Wednesday 22 July 2009

Sedikit Demi Sedikit, Lama-lama Membukit

 
Bung bung bung kita nabung
Bang bang yuk nabung di bank
Kit kit demi sedikit
Lama-lama menjadi bukit
…………
(petikan lagu anak jadul yang dinyanyikan oleh Puput Melati)

Sudah sebulan ini bunda mengenalkanku pada celengan. Benda untuk menyimpan uang itu berbentuk persegi panjang, terbuat dari kaleng bekas yang sudah didaur ulang, dan dipercantik dengan dengan gambar-gambar lucu berwarna menarik. Ayah membelinya di sebuah swalayan seharga 12 ribu. Awalnya celengan bercat dasar biru itu dipakai ayah untuk menyimpan uang lembur. Eh, ternyata cuma sebentar aja ayah memakainya. Hari-hari berikutnya, celengan itu nggak pernah terisi uang sepeser pun.
Benda itu pun teronggok pasrah di pojok ruang keluarga bersama mainanku yang lain.
Daripada rusak nganggur karena sering kubanting dan kulempar, bunda menyimpannya di atas lemari yang tingginya tak terjangkau oleh tanganku.

Suatu hari, bunda terinspirasi untuk mengajariku menabung. Gara-garanya, bunda dapat cerita dari mbak yang ngemong anak tetangga sebelah yang sudah playgroup. Katanya, setiap hari ‘anak asuhnya’ itu disuruh memasukkan uang koin 500-an oleh bu gurunya di sekolah. Nanti begitu lulus playgroup, celengan tersebut boleh dibuka dan uangnya boleh diambil semua.
Bunda langsung tertarik melakukannya juga padaku. Kata bunda, hitung-hitung untuk mengenalkan aku pada uang, mengajariku menabung, dan melatih hidup hemat. Jadilah mulai saat itu kalau ada sisa belanja 500-an, bunda menyuruhku memasukkan uang itu ke celengan. Nanti kalau sudah penuh, bunda menyerahkan padaku mau dipakai untuk membeli apa. syaratnya, tentu saja sesuatu yang dibeli harus yang bermanfaat…begitu pesan bunda, hehe…
Hmmm, enaknya nanti dipakai buat beli apa ya….?
Dipikir ntar aja deh, biar membukit dulu, kayak petikan lagu di atas ^_^

2 comments: